Produk pangan dewasa ini semakin baragam
bentuknya, baik itu dari segi jenisnya maupun dari segi rasa dan cara
pengolahannya. Namun seiring dengan semakin pesatnya teknik pengolahan pangan,
penambahan bahan-bahan aditif pada produk pangan sulit untuk dihindari.
akibatnya keamanan pangan telah menjadi dasar pemilihan suatu produk pangan
yang akan dikonsumssi
Keamanan pangan merupakan hal yang sedang
banyak dipelajari, karena manusia semakin sadar akan pentingnya sumber makanan
dan kandungan yang ada di dalam makanannya. aban manusia dari waktu ke waktu.
Hal ini terjadi karena danya kemajuan ilmu pengetahuan serta kemajuan
teknologi, sehingga diperlukan suatu cara untuk mengawasi keamanan pangan.
Dalam proses keamanan pangan, dikenal pula usaha untuk menjaga daya tahan suatu
bahan sehingga banyaklah muncul bahan-bahan pengawet yang bertujuan untuk
memperpanjang masa simpan suatu bahan pangan. Namun dalam praktiknya di
masyarakat, masih banyak yang belum memahami perbedaan penggunaan bahan
pengawet untuh bahan-bahan pangan dan yang non pangan. Formalin merupakan salah
satu pengawet non pangan yang sekarang banyak digunakan untuk mengawetkan
makanan.
Formalin adalah nama dagang dari campuran
formaldehid, metanol dan air. Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar
formaldehid yang bervariasi, antara 20% – 40%. Formalin memiliki kemampuan yang
sangat baik ketika mengawetkan makanan, namun walau daya awetnya sangat luar
biasa, formalin dilarang digunakan pada makanan. Di Indonesia, beberapa
undang-undang yang melarang penggunaan formalin sebagai pengawet makanan adalah
Peraturan Menteri Kesehatan No 722/1988, Peraturan Menteri Kesehatan No.
1168/Menkes/PER/X/1999, UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999 tentang
Perlindungan Konsumen. Hal ini disebabkan oleh bahaya residu yang
ditinggalkannya bersifat karsinogenik bagi tubuh manusia.
Mengingat pentingnya masalah keamanan pangan,
maka perlu dilakukan suatu uji terhadap kandungan racun ataupun zat-zat
berbahaya yang terkandung dalam suatu produk makanan.
Formalin atau Senyawa kimia formaldehida (juga
disebut metanal), merupakan aldehida berbentuknya gas dengan rumus kimia H2CO.
Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun
1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehida bisa dihasilkan
dari pembakaran bahan yang mengandung karbon. Terkandung dalam asap pada
kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi,
formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana
dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil
sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia
(Reuss 2005).
Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada
dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar
larutan 37% menggunakan merk dagang ‘formalin’ atau ‘formol’ ). Dalam air,
formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk
monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen
metanol untuk membatasi polimerisasinya. Formalin adalah larutan formaldehida
dalam air, dengan kadar antara 10%-40%. Meskipun formaldehida menampilkan sifat
kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada
aldehida lainnya. Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi
substitusi aromatik elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami
reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa,
formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol.
Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer linier
polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida
berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin.
Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena
itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan
udara (Reuss 2005).
Secara industri, formaldehida dibuat dari
oksidasi katalitik metanol. Katalis yang paling sering dipakai adalah logam
perak atau campuran oksida besi dan molibdenum serta vanadium. Dalam sistem
oksida besi yang lebih sering dipakai (proses Formox), reaksi metanol dan
oksigen terjadi pada 250 °C dan menghasilkan formaldehida, berdasarkan
persamaan kimia
2 CH3OH + O2 ? 2 H2CO + 2 H2O.
Katalis yang menggunakan perak biasanya
dijalankan dalam temperatur yang lebih tinggi, kira-kira 650 °C. dalam keadaan
ini, akan ada dua reaksi kimia sekaligus yang menghasilkan formaldehida: satu
seperti yang di atas, sedangkan satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi
CH3OH ? H2CO + H2.
Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan
menghasilkan asam format yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar
ppm. Di dalam skala yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari
konversi etanol, yang secara komersial tidak menguntungkan.
Disusun :
Muntahal Helmi ; Melki Susanto ;
Syafrison ; Ade Akbar Kurniawan ; Moh. Rizki Adriansyah ; Galih Purwa Saputra
Farmasi UNISBA
DAFTAR PUSTAKA : http://catatankimia.com/catatan/formalin.html